Rabu, 10 Februari 2010

euforia memasak di kost...

sekitaran dua minggu yang lalu, dilandasi rasa cinta yang menggebu2.. *hoeeek* aku mulai rajin memasak di kost... umh.... banyak cerita berkenaan dengan ituh... sa tu persatu akan aku posting dweh.... ni yg pertama dan terjadinya paling belakangan...

 Kostku ni sebenarnya bagus dan lengkap. Ada dapur dengan kompor gas, bahkan ada kulkas juga. Cuma, dulu aku jarang banget menjamah dapur. Selain karena dapurnya tu di lantai 2 (males naik tangga), yang paling utama adalah banyaknya populasi tikus di kostku. Dan tikus2 itu tentu saja menjadikan dapur sebagai tempat makan favorit mereka. Jadi dulu kalau aku masuk dapur tu pasti keranjang sampah udah ngguling dan isinya berserakan di lantai. Nggak jarang aku memergoki mereka lagi leyeh2 kekenyangan habis ngublek2 tempat sampah. Ih, pokoknya jorok banget. 

Dua bulan belakangan ini, nggak tau kenapa populasi tikus semakin menyusut *fiuuuh*. Aku bahkan nggak pernah lagi memergoki mereka mengublek-ublek sampah. Seiring dengan punahnya tikus di kostku, dapur kost menjadi semakin rapi. Dan secara aku sekarang punya pacar yang seneng banget kalo tak masakin, maka akhir-akhir ni aku sering banget membrutal di dapur. Kalau dipikir – pikir udah sekitar 2 mingguan ini aku rajin masak. Bukannya dulu nggak rajin tapi pas awal – awal pacaran aku masih sibuk ngelab tiap hari di kampus.

Sebenarnya peraturan dari pemilik kost menyebutkan bahwa dapur hanya boleh digunakan untuk memasak mi instan dan menggoreng telur saja. Tapi tetap saja ada yang membandel dan masak yang lain, tapi mereka masaknya nggak tiap hari. Nah, karena banyak yang make gas, maka seringkali belum ada sebulan, gas nya udah habis, padahal jatahnya hanya 1 tabung per bulan.  Untuk menghindari defisit gas, maka ada peraturan tidak tertulis yang menyebutkan bahwa penghuni kost yang sering memasak diharapkan ikut iuran beli gas. Ini nih masalahnya… sampai kemarin, aku dan bebi yang udah sering banget masak belum juga ikutan iuran gas. Mulanya kami cuek dengan alasan : ini rapelan dari pertama kost di sini kan nggak pernah masak. Tapi kemaren sabtu, kami kapok.

Ceritanya aku habis nemenin bebi masak oseng – oseng kacang panjang. Selesai beres – beres, aku nongkrong di kamarnya bebi sambil comot – comot kacang panjangnya. Tiba – tiba di lantai dua ada yang teriak :

“Mbak Haaaar!!!!!!!!!!!! Gasnya habis!!!!”

Nah lho!!!! Aku dan bebi langsung berpandang-pandangan.

Aku     : “Yang terakhir make tadi kamu lho Beb…”

Bebi     : “Ih, enggak yo.. kemaren-kemaren kan Dhani juga ikut masak. Ih pie Dhan??? “ bebi tampak panik. Mungkin dia merasa bersalah, sebab aku juga ngerasa rada-rada bersalah juga.

Bebi     : “Ah, luweh… aku kan mau pulang ke rumah…” Dia segera bersiap-siap mengenakan jilbab.

Aku     : “Ih curaang,, membiarkan aku menanggungnya seorang diri…”

Bebi     : “Aku mau melarikan diri aja ahhh….” Ujarnya sambil nyengir lebar.

Sementara yang di atas masih teriak, “Mbak Har, ni lho gasnya habisss!!! Aku mau bikin mie!!!”

Aku     : “Aku mau mandi aja ah, ngumpet di kamar mandi.”

Dan aku langsung menuju kamar mandi, mandinya sengaja tak lama-lamain. Setelah memperkirakan situasi cukup aman, baru aku menyelesaikan mandiku.

            Jadi… ya begitulah. Kemarin aku belanja pisang rencana mo bikin kolak pisang itu ya dihantui rasa bersalah karena berperan besar  menghabiskan gas kost sebelum waktunya. Akhirnya aku memutuskan untuk membayar iuran gas. Aku menemui Mbak Harni, penjaga kostku dan menanyakan masalah itu. Setelah eyel – eyelan cukup lama (Mbak Har enggan menyebut nominalnya dan aku bersikeras minta mbak Har yang menentukan iurannya), aku memberikan 20rb. Padahal mbak Har hanya meminta 10rb. Tapi aku ikhlas kok, lha 20 rb itu kan yang 10rb buat masak-masak bulan Januari kemaren, yang 10rb nya lagi buat bulan ini!!!!!! Segera setelah membayar, aku langsung komen di statusnya Bebi : “not feeling guilty anymore!!!!”


Tidak ada komentar: