Hmm….. posting ini bukan tentang rencana merit saia lho :p hanya sekedar sharing hasil pemikiran saia yang dilatarbelakangi banyaknya undangan perkawinan akhir-akhir ini. Begitulah, di tahun ini saia berumur 24 tahun, dan sekarang ini bulan Juni, memang sudah saatnya satu persatu teman baik teman sekolah maupun kuliahh dan juga kerabat yang sepantaran pada mulai melepas masa lajang. Mungkin karena dinilai sebagai bulan baik untuk menikah, dan sekalian dipaskan sebelum puasa, jadi bulan ini saia menerima cukup banyak undangan pernikahan.
Menerima begitu banyak undangan, baru pertama kali terjadi di sepanjang hidup saia. Hahaha….untungnya sekarang sudah berpenghasilan sendiri, jadi bisa bangga nyumbang pake duit sendiri :p *kalo akhir bulan kanker itu udah biasa*
Bukan mau ngomongin tentang kondangan ataupun sumbangannya, tapi cenderung ke pernikahannya sendiri. Saat memberikan ucapan selamat biasanya saia ditanya: “Kapan nyusul?” Heheehee…saya Cuma ketawa sambil jawab, “Ya entarlah kalo dah saatnya :p”
Saia ngerti maksud pertanyaan itu merupakan ungkapan perhatian atau jelek-jeleknya hanya basa – basi. Tapi semakin sering ditanya begitu, lama-lama jadi agak risih juga. Memang ada rasa iri melihat teman2 yang seumuran, bahkan ada yang lebih muda bersanding bahagia di pelaminan, tapi sesungguhnya saia berpikir lebih jauh…
Buat saia saat ini pernikahan itu masiiiih jauuuuuuh buanget.
Jadi kadang saia merasa kagum dan salut buat mereka, rekan seumuran yang sudah pada melepas masa lajang. Keren… sudah siap menjadi seorang istri, menjadi calon ibu. Siap dengan tanggungjawab yang jauh lebih besar.
Kemudian saia juga sempat mendiskusikan masalah ini dengan pacar saia. Haha, kalo dia sih jangan ditanya, lulus aja belum :p masih banyak yg pengin dia lakukan dlu selagi single, jadinya saia juga nggak mau terkesan terlalu memaksakan untuk segera berkomitmen. Walaupun dalam hati ada rasa pengin juga buat sekedar nikah… tapi jangan salah ya, yang saia pengin itu Cuma dandannya yang cantik, pake kebaya bagus, difoto dan jadi pusat perhatian banyak orang hahaa…. Penginnya Cuma itunya tok, pas hari H, pas pestanya. Untuk ke belakang2nya aku belom mikirin :p
Dengan usia saia yang sekarang ini, 24 tahun, hampir seperempat abad, mungkin bagi sebagian besar orang merupakan usia yang ideal untuk menikah. Mungkin karena umur segitu sudah dianggap siap jasmani, bisa menghasilkan sel telur yang baik, siap untuk mengandung dan melahirkan, juga siap secara rohani, secara mental dan emosinya sebagai istri, sebagai calon ibu.
Tapi yang menentukan IDEAL itu siapa? Kata mamah saia kalo mau nikah itu ya IDEALnya sudah sama-sama bekerja. Banyak juga teman kuliah yang sudah menikah sewaktu masih kuliah. Mamah saia termasuk orang yang menentang hal tersebut :p karena idealnya mamah saia itu ya seperti itu tadi, dua-duanya sudah bekerja.
Kalo menurut pacar saia, boleh nikah asal sudah “Siap melupakan mimpi ego muda” dan harus “Memperjuangkan masa depan anak”, ngutip lagunya abang2 Sheila, “Generasi Patah Hati”
Dan dia dengan terang-terangan bilang “Aku belum sanggup buat itu.” ;p Okelah dia masih pengin jadi musisi dulu, aku Cuma bisa mengamini, moga2 impiannya bisa jadi kenyataan, sukur2 bisa menghidupi anak istrinya besok :p
Dia masih pengin berkelana di dunia musik, katanya bisa jadi bahan cerita ke juniornya besoook. Kalau saia pikir benar juga ya, mumpung masih single, masih ada kesempatan untuk melakukan banyak hal, yang nantinya pengalaman itu bisa kita bagikan ke anak2 kita ;p
Kayanya so sweet banget besok bisa cerita ke junior ,”Papah tu dari kuliah udah gondrong lho :p” trus junior bilang,”Aku juga mo gondrong kaya papah!!” Hwkwkwkk…. Lucu aja mbayanginnya :p
Aminnn!!
Hufff…..Idealnya masing-masing orang itu kan beda… jadi begitulah saia sekarang nggak begitu ngoyo. Nggak memaksakan kehendak harus nikah usia berapa. Buat saia sendiri, masih pengin kuliah S2 juga… masih banyak tempat yang pengin dijelajahi, mumpung masih single… Itung-itung biar sabar nunggu dilamar, hehee… :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar